Minggu, 21 Agustus 2011

EnTRi kELiMa...

Aku tak pernah menyangka tahun ini aku bisa menemukan Edelweissku, bunga
yang selama ini aku cari, bunga yang selama ini aku nanti, akhirnya telah
nampak di depan mataku.

*Edelweissku….*

*Bunga yang menurut banyak orang bunga terindah yang ada di dunia. *

*Bunga yang ada hanya di atas gunung yang tak semua orang bisa menemukannya
apalagi memilikinya. *

*Edelweissku….*

*Bunga keabadian, yang tak mudah untuk di dapatkan,*

*Bunga yang hanya pria-pria sejatilah yang mampu untuk menemukannya.*

*Edelweissku….*

*Sungguh aku tak menyangka begitu cepat menemukanmu, meskipun begitu panjang
waktu yang ku lalui sampai akhirnya di tahun ini aku menemukanmu.*

*Edelweissku…*

*Sungguh begitu besar keinginanku untuk memetikmu, memilikimu seutuhnya,
tapi aku masih tak mampu untuk melakukannya. Tak mampu bukan berarti tak
mau, semua hanya masalah waktu.*

*Edelweissku…*

*Terkadang aku merasa aku tak pantas untuk memilikimu, aku merasa aku bukan
lelaki sejati yang patut untuk memetikmu.*

*Edelweissku…*

*Terkadang sempat terpikir untuk membiarkanmu ditemukan oleh orang lain.
membiarkanmu dipetik oleh orang yang lebih baik dariku. *

*Edelweissku…*

*Aku memang bukan lelaki yang pantas untuk memilikimu tapi bukan berarti aku
rela melepasmu begitu saja.*

     Ternyata aku baru menyadari selama ini aku salah, menawarkan tawaran
yang selama ini tak pantas untuk aku ungkapkan. sebuah tawaran yang mungkin
begitu meyakitkan untuk kau dengar, sebuah tawaran yang mungkin
menggambarkan betapa lemah dan pengecutnya aku sebagai seorang lelaki. aku
menyesal karena pernah melontarkan tawaran itu, sebuah tawaran yang mungkin
merefleksikan sebuah ketakutan terbesarku  akan kehilangan cinta yang baru
kudapatkan. sebuah tawaran gila yang hanya bisa  diucapkan oleh orang-orang
bodoh yang tak mengerti betapa indahnya memperjuangkan cinta. kini aku baru
menyadari itu. ternyata tawaran yang selama ini aku lontarkan adalah sebuah
kesalahan besar. jujur ternyata aku tak akan rela dan tak akan sanggup untuk
melepaskmu, merelakanmu dimiliki oleh orang lain. sebuah penyesalan memang
selalu datang terlambat. kini aku hanya berharap semoga pintu maaf masih
bisa kau berikan. aku minta maaf selama ini telah menawarkan sebuah tawaran
yang tak bisa kusebutkan. aku berjanji tak akan mengulanginya lagi.

     Seminggu yang lalu aku memilih tawaran satu pilihan di antara dua
pilihan yang kau tawarkan, ku tak perlu banyak untuk memilihnya, malam itu
aku nemilih pilihan kedua  tanpa perlu mengatakan alasannya, jujur malam itu
aku merasa begitu terpuruk, pikiranku kacau, hatiku tak tenang, aku merasa
itulah malam yang terburuk yang pernah kualami. mendengar sebuah pengakuan,
mendengar sebuah kalimat demi kalimat yang kau ucapkan, yang begitu
memojokkan aku, aku merasa hina, aku merasa tak pantas untukmu, keeseokan
harinya aku bertemu denganmu sebuah pertemuan singkat, sebuah pertemuan yang
pada awalnya aku harapkan aku dan kamu bisa berbicara banyak, sebuah
pertemuan yang sebelumnya aku inginkan begitu bermakna, tapi pada pagi itu,
aku tak bisa berkata banyak, aku lebih banyak diam dan tanpa suara. sampai
akhirnya pertemuan itu berakhir begitu singkat, begitu cepat, dan pada saat
itu aku merasa itu adalah pertemuan terakhirku. aku merasa itu terakhir
kalinya aku bisa memandang wajahmu begitu dekat.

     Selanjutnya hari jumat, jujur aku berusaha untuk tidak menghubungimu,
aku bingung menjalankan pilihan yang pernah ku ambil, untuk mengembalikan
keadan seperti semula, aku dengan kebiasaanku dan kamu dengan kebiasaanmu.
tapi pagi itu aku menerima sms darimu yang mengucapkan selamat menunaikan
shalat jumat, saat itu aku baru balik dari bandara mengantar temanku yang
pada hari itu balik ke sampit. aku senang membaca sms itu tapi aku tetap
pada keputusanku untuk tidak menghubungimu. dan pada saat aku memanjatkan
doa semoga kamu memang jodohku dan aku berdoa kepada Tuhan agar aku
dimudahkan urusanku terhadapmu. dan beberapa kali aku menerima sms darimu
hari itu, diantaranya bahwa kamu telah memberitahu mamamu tentang
istikharahmu.

     Dan malamnya ku masih berusaha untuk tidak menghubungimu, tapi
ternyata aku tak bisa. keinginanku untuk tak menghubungimu tak sebesar
hasratku untuk mendengar suaramu. aku menjelaskan alasan mengapa aku memilih
pilihan kedua, alasan karena satu kata yang kudengar pada saat kamu
membacakan apa yang kamu rasakan malam sebelumnya, satu kata yang membuat
aku merasa bersalah. aku baru sadar ternyata selama ini tanpa kusadari aku
telah menjerumuskanmu. dan pada saat itu aku berusaha untuk tak
menanggapinya, tanpa kata cinta, tanpa kata sayang yang selama beberapa
bulan ini selalu ku ucapkan baik itu secara langsung, lewat telepon atau
lewat sms  yg aku kirimkan, dan malam itu aku mengucapkan kata sayang itu
yang aku harapkan untuk terakhir kalinya. aku mencoba menjalankan pilihanku
itu, aku tidak mengucapkan kata sayang ataupun kata cinta padamu,walaupun
jujur kata cinta dan sayang itu memberontak dan memaksaku untuk
mengatakannya baik lewat lisan atau tulisan. selama dua hari aku tak
menngatakannya, aku berpikir, aku merenung, apakah adil bagiku memendam rasa
tanpa bisa kucapkan, aku berpikir, aku membayangkan, seandainya ini
kubiarkan mungkin lidahku akan kelu, akan kaku, ketika suatu saat nanti aku
berhasil mempersuntingmu menjadi istriku tapi kata-kata yang mestinya ku
ucapkan itu begitu sulit aku ungkapkan. dan pada hari senin aku meneleponnya
lagi, aku memutuskan untuk tak lagi membiarkan kata-kata itu tak lagi
mengalir dari mulutku, tapi intensitasnya tak sesering sebelumnya, agar
lidahku tak kaku untuk mengucapkannya dan kau tak bosan utuk mendengarnya.


*kini semua hanya tinggal kenangan,,, tak lebih dari sekedar pepesan kosong tanpa isi*


^^.

Tidak ada komentar: